2.1
MERUMUSKAN
HIPOTESIS
2.1.1
Pengertian
Setelah peneliti menentukan anggapan
dasar, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Dari arti katanya, hipotesis memang
berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang
artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menuliskannya
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi
hipotesis.
Apabila peneliti telah mendalami
permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka
lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji (di
bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya
itu dapat diuji. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini.
Peneliti mengumpulkaan data-data yang paling berguna untuk membuktikan
hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah
hipoetsis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya,
tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Hal yang sangat perlu diperhatikan
oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar
hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa membantu
memenuhi keinginannya, atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah
keterbuktian hipotesis. Penelitian harus bersikap objektif terhadap data yang
terkumpul.
Terhadap hipotesis yang sudah
dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal:
1. Menerima
keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir
penelitian).
2. Mengganti
hipotesis seandainya tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung
terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Apabila peneliti
mangambil hal kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan proses
penggantian ini. Dengan demikian, peneliti telah bertindak jujur dan tegas,
sesuatu yang memang sangat diharapkan dari seorang peneliti.
Bagaimana
mengetahui kedudukan suatu hipotesis?
1. Perlu
diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan
variabel akibat?
2. Adanya
data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab
itu.
3. Adanya
data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan
akibat tersebut.
Apabila ketiga
hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai
kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting
sebagai pedoman kerja dalam penelitian, namun tidak selalu semua penelitian
harus berorientasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau
kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis. Tujuan
penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari
gejala-gejala sebanyak-banyaknya.
Sehubungan
dengan hal ini G.E.R. Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting
dilakukan bagi :
1.
Penelitian menghitung
banyaknya sesuatu (magnitude)
2. Penelitian
tentang perbedaan (differencies)
3.
Penelitian hubungan
(relationship)
Ahli lain yaitu
Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang
termasuk penelitian hipotesis yaitu :
a. Case
studies (studi kasus)
Studi kasus merupakan
suatu konstruksi tersendiri sebagai suatu produk interaksi antara responden,
lapangan penelitian, dan para peneliti itu sendiri.
b. Causal
comparative studies
c. Correlations
studies
2.2.2
Jenis
– jenis hipotesis
Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk
menggambarkan hubungan dua vriabel akibat. Namun demikian, ada hipotesis yang
menggambarkan perbandingan satu variabel dari dua sampel, misalnya
membandingkan perasaan takut antara penduduk tepi pantai dan penduduk
pegunungan terhadap gelombang laut.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting
kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itu peneliti dituntut kemampuannya
untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Seorang ahli bernama Borg
yang dibantu oleh temannya Gall mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipotesis harus
dirumuskan dengan singkat tetapi jelas
2. Hipotesis harus dengan
nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
3. Hipotesis harus didukung
oleh teori – teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang
relevan.
Ada
dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau
hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis kerja
menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y ,atau adanya perbedaan dua
kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika.........maka.......
Contoh: Jika orang
banyak makan , maka berat badannya akan naik.
b. Ada
perbedaan antara .... dan .....
Contoh: Ada perbedaan
antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
c. Ada
pengaruh ...... terhadap......
Contoh: Ada pengruh
makanan terhadap berat badan.
2. Hipotesis
nol (Ho)
Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak ada pengaruh
variabel X terhadap variabel Y.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak
ada perbedaan antara ..... dengan .....
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II dalam
disiplin kuliah.
b. Tidak
ada pengaruh ..... terhadap ......
c. Contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti
kuliah.
Dalam pembuktian,
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai
prasangka.
2.2.3
Kekeliruan
yang terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Benar dan tidaknya hipotesis tidak
ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin
seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data
terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak atau tidak terbukti.
Atau seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya salah tetapi setelah
dicocokkan dengan datanya, hipotesis tersebut terbukti. Keadaan ini akan
berbahaya, jika mengenai hipotesis tentang suatu yang berbahaya.
Contoh: Belajar
tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul, ternyata anak-anak yang tidak belajar dapat lulus.
Maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis terbukti.
Dari contoh tersebut, kesimpulan
yang diambil salah menurut norma umum. Pembuktian hipotesis benar. Akibatnya
berbahaya jika disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa bahwa tidak ada gunanya
belajar. Kesalahannya adalah perumusan hipotesis. Atau mungkin perumusan
hipotesis benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan, jika hal
tersebut yang terjadi maka tidak boleh menyalahkan hipotesisnya.
Kesalahan penarikan kesimpulan
mungkin disebabkan kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel
lain yang mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang
pada saat pengujian hipotesis ikut berperan.
Contoh:
Faktor untung – untungan, faktor soal tes yang sudah bocor, faktor menyontek
dan sebagainya. Untuk memperjelas keterangan, berikut ini disamapaikan matriks
macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya.
Matriks macam Kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis
Kesimpulan dan keputusan
|
Keadaan sebenarnya
|
|
Hipotesis benar
|
Hipotesis salah
|
|
Terima hipotesis
|
Tidak membuat kekeliruan
|
Kekeliruan macam II
|
Tolak hipotesis
|
Kekeliruan macam I
|
Tidak membuat kekeliruan
|
Sehubungan dengan perumusan
hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat, yaitu:
- Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha.
- Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta.
2.2.4
Cara
Menguji Hipotesis
Peneliti telah
mengumpulkan dan mengolah data, pengujian hipotesis tentu akan sampai pada
kesimpulan menerima atau menolak hipotesis.
Dalam menentukan
penerimaan dan penolakan hipotesis maka Ha diubah menjadi Ho. Sebuah populasi
berdistribusi normal yang digambarkan dengan grafik dibawah ini.
Daerah penerimaan
Daerah kritik Ho 95% Daerah kritik
2,5%
2,5 %
Dengan
asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal maka jika kita menentukan
taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan dua ekor, maka akan terdapat dua daerah
kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2,5 %. Daerak
kritik merupakan daerah penolakan hipotesis disebut daerah signifikasi.
Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, diarsir, dinamakan
daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikasi.
thankks infonya............
BalasHapusok :)
BalasHapusThanks ilmunya, sukses selalu ya...
BalasHapus