Sabtu, 23 Maret 2013

RPP- PENGERTIAN DAN HAKEKATNYA


 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih.

B.  Hakekat Perencanaan
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
RPP yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran sedikitnya mencakup 3 kegiatan, yaitu:
1.      Identifikasi Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Identifikasi kebutuhan bertujuan antar lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan oleh mereka sebagai bagian dari kehidupannya dan merasa memilikinya. Hal ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a.       Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka milikidan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.
b.      Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar.
c.       Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajarnya.
Berdasarkan  identifikasi terhadap kebutuhan belajar bagi pembentukan kompetensi peserta didik, diidentifikasilah sejumlah kompetensi untuk dijadikan bahan pembelajaran.


2.      Identifikasi kompetensi
Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Setiap kompetensi harus merupakan perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, dan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak ( IQ, SQ, EQ ). Adapun kompetensi yang harus dimiliki dan dipelajari peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Sehingga penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif,berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.bukan dengan subjektif yang mengandalkan pertimbangan.

3.      Penyusunan Program Pembelajaran
Penyusunan program memberikan arah kepada sesuatu program dan membedakannya dengan program lain. Berdasarkan hal tersebut keputusan dibuat dalam menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan dan kelompok sasaran mana, sehingga program itu menjadi pedoman yang konkrit dalam pengembangan program selanjutnya. Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada RPP , sebagai produk program pembelajaran jangka pendek , yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya.

C. Fungsi RPP
Ada 2 fungsi RPP diantaranya adalah :
1.      Fungsi Perencanaan
Artinya RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Apabila guru mengajar tanpa adanya persiapan, pembelajarannya cenderung merusak mental dan moral peserta didik, serta akan menurunkan wibawa guru secara keseluruhan.
2.      Fungsi Pelaksanaan
Artinya, RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya, mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah.

D. Prinsip Pengembangan RPP
Terdapat prinsip-prinsip pengembangan RPP yang harus diperhatikan:
1.      Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajarn harus jelas.
2.      Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
3.      Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.
4.      RPP yang dikembangkan harus uth dan menyeluruh.
5.      Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksanaan program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim.

E. Pengembangan RPP/ Langkah-Langkah Penyusunan RPP
Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya adalah :
1.      Mengisi kolom identitas
2.      Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan.
3.      Menentukan SK dan KD, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
4.      Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK dan KD, serta indikator yang telah ditentukan.
5.      Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus.
6.      Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
7.      Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,inti, dan akhir.
8.      Menentukan sumber belajar yang digunakan.
9.      Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan tehnik penilaian.

F. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran                        : …
Kelas/Semester                        : …
Pertemuan Ke-                        : …
Alokasi Waktu                        : …
Standar Kompetensi   : …
Kompetensi Dasar                   : …
Indikator                                 : …
I. Tujuan Pembelajaran           : …     
II. Materi Ajar                         : …
III. Metode Pembelajaran: …
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama,
    1. Kegiatan Awal: …
    2. Kegiatan Inti: …
    3. Kegiatan Akhir: …    
Pertemuan kedua, dst.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar: …    
VI. Penilaian: …        















CONTOH FORMAT RPP BERKARAKTER
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran                                     :    ....
Kelas/Semester                                     :    ....
Pertemuan ke-                                       :    ....
Alokasi Waktu                                      :    ....
Standar Kompetensi                                        :    ....
Indikator                                               :    ....
I.         Tujuan Pembelajaran                :    ....
II.       Materi Ajar                                :    ....
III.    Metode Pembelajaran                 :    ....
IV.    Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan Pertama,
      A.    Kegiatan Awal                          :    ....
B.     Kegiatan Inti
Eksplorasi                                 :
Elaborasi                                  :
Konfirmasi                          :    ....
C.     Kegiatan Akhir                          :    ....
V.      Alat/Bahan/Sumber Belajar       :    ....
VI.    Penilaian                                          :    ....

Mengetahui
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran



JENIS JENIS HIPOTESIS

2.1  MERUMUSKAN HIPOTESIS
2.1.1        Pengertian
Setelah peneliti menentukan anggapan dasar, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
           Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menuliskannya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
           Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti mengumpulkaan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipoetsis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
           Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa membantu memenuhi keinginannya, atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah keterbuktian hipotesis. Penelitian harus bersikap objektif terhadap data yang terkumpul.
           Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal:
1.      Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2.      Mengganti hipotesis seandainya tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Apabila peneliti mangambil hal kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan proses penggantian ini. Dengan demikian, peneliti telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang memang sangat diharapkan dari seorang peneliti.
            Bagaimana mengetahui kedudukan suatu hipotesis?
1.      Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat?
2.      Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3.      Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian, namun tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis. Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari gejala-gejala sebanyak-banyaknya.
Sehubungan dengan hal ini G.E.R. Brurrough mengatakan bahwa penelitian   berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi :
1.      Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude)
2.      Penelitian tentang perbedaan (differencies)
3.      Penelitian hubungan (relationship)
Ahli lain yaitu Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis yaitu :
a.       Case studies (studi kasus)
Studi kasus merupakan suatu konstruksi tersendiri sebagai suatu produk interaksi antara responden, lapangan penelitian, dan para peneliti itu sendiri.
b.      Causal comparative studies
c.       Correlations studies

2.2.2        Jenis – jenis hipotesis
Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua vriabel akibat. Namun demikian, ada hipotesis yang menggambarkan perbandingan satu variabel dari dua sampel, misalnya membandingkan perasaan takut antara penduduk tepi pantai dan penduduk pegunungan terhadap gelombang laut.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itu peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Seorang ahli bernama Borg yang dibantu oleh temannya Gall mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1.      Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas
2.      Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
3.      Hipotesis harus didukung oleh teori – teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1.      Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y ,atau adanya perbedaan dua kelompok.
Rumusan  hipotesis kerja:
a.       Jika.........maka.......
Contoh: Jika orang banyak makan , maka berat badannya akan naik.
b.      Ada perbedaan antara .... dan .....
Contoh: Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
c.       Ada pengaruh ...... terhadap......
Contoh: Ada pengruh makanan terhadap berat badan.
2.      Hipotesis nol (Ho)
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Rumusan hipotesis nol:
a.       Tidak ada perbedaan antara ..... dengan .....
Contoh: Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II dalam disiplin kuliah.
b.      Tidak ada pengaruh ..... terhadap ......
c.       Contoh: Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah.
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka.

2.2.3        Kekeliruan yang terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak atau tidak terbukti. Atau seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya salah tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis tersebut terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, jika mengenai hipotesis tentang suatu yang berbahaya.
Contoh: Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul, ternyata  anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis terbukti.
Dari contoh tersebut, kesimpulan yang diambil salah menurut norma umum. Pembuktian hipotesis benar. Akibatnya berbahaya jika disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa bahwa tidak ada gunanya belajar. Kesalahannya adalah perumusan hipotesis. Atau mungkin perumusan hipotesis benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan, jika hal tersebut yang terjadi maka tidak boleh menyalahkan hipotesisnya.
Kesalahan penarikan kesimpulan mungkin disebabkan kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut berperan.
Contoh: Faktor untung – untungan, faktor soal tes yang sudah bocor, faktor menyontek dan sebagainya. Untuk memperjelas keterangan, berikut ini disamapaikan matriks macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya.

Matriks macam Kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis
Kesimpulan dan keputusan
Keadaan sebenarnya
Hipotesis benar
Hipotesis salah
Terima hipotesis
Tidak membuat kekeliruan
Kekeliruan macam II
Tolak hipotesis
Kekeliruan macam I
Tidak membuat kekeliruan

Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat, yaitu:
  1. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha.
  2. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta.

2.2.4        Cara Menguji Hipotesis
Peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, pengujian hipotesis tentu akan sampai pada kesimpulan menerima atau menolak hipotesis.
Dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka Ha diubah menjadi Ho. Sebuah populasi berdistribusi normal yang digambarkan dengan grafik dibawah ini.


                                           Daerah penerimaan
Daerah kritik                                 Ho 95%                            Daerah kritik
2,5%                                                                                         2,5 %

Dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan dua ekor, maka akan terdapat dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2,5 %. Daerak kritik merupakan daerah penolakan hipotesis disebut daerah signifikasi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikasi.